Malanginspirasi.com – Peringatan World Humanitarian Day (WHD) 2025 yang diselenggarakan pada Jumat, 22 Agustus 2025 di Pos Bloc, Jakarta Pusat, menghadirkan beragam kegiatan yang meneguhkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam isu kemanusiaan. Salah satu sorotan utama tahun ini adalah keterlibatan Maharesigana, Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang didaulat sebagai pembicara workshop.
World Humanitarian Day diperingati setiap 19 Agustus sebagai bentuk penghormatan kepada para pekerja kemanusiaan dan sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas global.
Di Indonesia, acara ini menjadi ruang refleksi, edukasi, serta kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan generasi muda, untuk memperkuat penanggulangan bencana yang inklusif.
Dalam kegiatan ini, tiga delegasi Maharesigana yakni Nata Hendriati, Gifa Farabi, dan Sukma Ayu terlibat langsung dalam penyelenggaraan serta diskusi. Kehadiran mereka sebagai representasi mahasiswa menegaskan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam gerakan kemanusiaan.
Sukma Ayu tampil sebagai pembicara yang memperkenalkan Maharesigana dan menjelaskan pergerakan mereka yang fokus pada tiga fase bencana: pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
Pendekatan ini menjadi ciri khas Maharesigana sebagai gerakan mahasiswa yang konsisten mendukung penanggulangan bencana secara menyeluruh. Selain itu, mereka juga memperkenalkan diri sebagai agen muda yang siap terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan.
“Sebagai akademisi yang juga bergerak sebagai praktisi penanggulangan bencana, sangatlah perlu untuk saling berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” kata Nata Hendriati, perwakilan Maharesigana sekaligus akademisi yang aktif dalam praktik penanggulangan bencana.
Ia berharap penanggulangan bencana dapat dilakukan secara maksimal dengan berbagai pendekatan yang komprehensif dan melibatkan banyak unsur.
“Terlibat dalam kegiatan Peringatan World Humanitarian Day 2025 ini, bersama-sama dengan pemangku kepentingan lain, merupakan salah satu aksi nyata dalam meningkatkan kolaborasi dan koordinasi dalam memberikan layanan terbaik dalam isu-isu kemanusiaan. Semoga Maharesigana bisa terus berkontribusi positif dan aktif dalam setiap proses penanganan isu kemanusiaan, dimulai dari gerakan mahasiswa,” terangnya.
Disambut Positif
Kehadiran dan kontribusi Maharesigana mendapatkan apresiasi dari berbagai tokoh yang hadir.
Hal itu disampaikan Pendeta Victor Rembeth, Pendiri Humanitarian Forum Indonesia (HFI) sekaligus Unsur Pengarah BNPB.
“Insiatif Maharesigana luar biasa karena kemanusiaan merekat di semua sisi kehidupan. Mahasiswa harus terus berkarya, membangun nilai kemanusiaan dan kebangsaan, serta menjadi penerus Sang Pencerah KH Ahmad Dahlan,” ujar Pendeta Victor.

Sementara itu, Lilik Kurniawan, Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK, menegaskan pentingnya peran generasi muda:
“Dalam Hari Kemanusiaan Sedunia 2025 ini, kita diingatkan bahwa bencana begitu dekat dengan kita. Semua pihak harus terlibat, tidak terkecuali mahasiswa. Saya berharap Maharesigana dapat menjadi agen perubahan yang mengedukasi masyarakat agar memiliki budaya tangguh bencana. Ini harus menjadi gerakan bersama, dan mahasiswa perlu menjadi pionir terdepan,” tuturnya.
Nelwan Harahap, Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi, juga memberikan pesan khusus bagi para mahasiswa:
“Terima kasih untuk adik-adik dari Universitas Muhammadiyah Malang. Kehadiran kalian adalah langkah awal untuk berpartisipasi dan mengasah kepedulian kepada sesama. Dimanapun berada, apapun profesinya kelak, yang tertinggi dari derajat manusia adalah kemanusiaan itu sendiri. Jika dari sekarang kalian sudah melatih diri, ikut terlibat, dan mengambil bagian dalam aksi kemanusiaan, itulah puncak dari nilai kemanusiaan yang hakiki,” kata Nelwan.
Keterlibatan Mahasiswa dalam Isu Kemanusiaan
Keterlibatan Maharesigana sebagai pembicara workshop tidak hanya menjadi pengalaman berharga bagi mereka. Tetapi juga inspirasi bagi generasi muda lain untuk aktif dalam isu kemanusiaan.

Melalui momen ini, mereka membuktikan bahwa mahasiswa dapat menjadi jembatan antara ide-ide dan aksi nyata yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Partisipasi mereka dalam World Humanitarian Day 2025 juga membuktikan bahwa gerakan mahasiswa memiliki ruang penting dalam isu kemanusiaan.
Dengan peran mereka di tiga fase bencana, serta dukungan dari berbagai tokoh, Maharesigana diharapkan mampu terus menjadi motor penggerak nilai-nilai kemanusiaan dan budaya tangguh di Indonesia.







