Merasa Bersalah Jadi Ibu? Padahal Kamu Sedang Bertumbuh Bersama Anak

Malanginspirasi.com – Jadi ibu memang tidaklah mudah. Meskipun dibekali banyak nasihat dan teori, tetap saja ketika anak lahir, semua terasa baru. Ada rasa bingung, cemas, dan kadang merasa tidak cukup.

Di momen anak sedang tumbuh belajar berjalan, berbicara, mengenali emosi ibu pun sedang belajar  tentang sabar, mengelola diri, dan menyeimbangkan hidup yang berubah total.

Bukan hanya anak yang tumbuh, ibu juga sedang berproses menjadi versi terbaik dari dirinya. Pelan-pelan, setiap hari.

Perubahan Besar dalam Hidup Seorang Ibu

Menjadi ibu adalah transformasi besar, baik fisik, emosional, maupun psikologis.

Melansir Verywell Mind, banyak ibu baru mengalami apa yang disebut “matrescence” yaitu proses adaptasi emosional yang terjadi saat seseorang menjadi ibu.

Ini bisa menimbulkan perasaan campur aduk antara bahagia tapi lelah, bersyukur tapi tertekan, cinta tapi juga ingin punya waktu sendiri.

Hal ini sangat normal, tapi sayangnya sering diabaikan. Akibatnya, banyak ibu merasa bersalah saat merasa “ingin sendiri” atau merasa gagal saat tidak bisa memenuhi standar ideal sebagai ibu.

Tantangan Ibu Masa Kini

Ibu zaman sekarang, khususnya generasi milenial dan Gen Z, hidup di era yang penuh tekanan visual. Media sosial dipenuhi potret keluarga harmonis, anak pintar, rumah rapi, dan ibu yang selalu sabar. Tanpa sadar, ini membentuk ekspektasi palsu tentang seperti apa “ibu yang baik”.

Padahal, setiap rumah punya cerita. Dan setiap ibu punya proses yang tidak bisa disamakan.

Membandingkan diri dengan ibu lain justru bisa memperburuk kondisi mental, membuat ibu merasa tidak cukup, dan akhirnya kehilangan kepercayaan diri dalam mengasuh anak.

Cara Bertumbuh Bersama Anak

Agar proses parenting tetap sehat, bukan hanya untuk anak tapi juga untuk diri sendiri, berikut beberapa cara ringan untuk tumbuh bersama:

1. Akui Bahwa Kamu Sedang Belajar

Tidak apa-apa tidak tahu segalanya. Justru dengan mengakui bahwa kamu masih belajar, kamu lebih terbuka menerima pengalaman dan dukungan.

2. Jadikan Kesalahan Sebagai Bagian dari Proses

Setiap ibu pernah kelepasan marah, bingung saat anak tantrum, atau merasa menyesal. Tapi dari sana, ibu belajar. Jangan biarkan rasa bersalah memenjarakanmu.

3. Bangun Rutinitas Kecil untuk Mengenali Diri Sendiri

Luangkan 10–15 menit sehari untuk menulis jurnal, duduk tenang tanpa distraksi, atau sekadar bertanya: “Apa yang aku rasakan hari ini?” Self-awareness adalah kunci bertumbuh.

4. Rayakan Kemajuan Kecil

Anak bisa menyuap sendiri? Kamu berhasil tetap tenang saat anak tantrum? Itu pencapaian. Beri penghargaan pada dirimu, sekecil apa pun.

5. Terbuka pada Informasi, Tapi Tetap Percaya pada Insting

Belajar dari banyak sumber itu bagus. Tapi tetap percaya bahwa kamu paling mengenal anakmu. Gunakan informasi sebagai panduan, bukan tekanan.

Anak Butuh Ibu yang Hadir, Bukan yang Sempurna

Anak tidak mengingat seberapa rapi rumah, atau seberapa keren menu makannya. Mereka mengingat pelukan saat takut, tawa di sore hari, atau suara ibunya yang berkata, “Nggak apa-apa, Mama di sini.”

Jadi saat kamu merasa tidak cukup, ingatlah: kamu sedang dalam perjalanan panjang yang tidak harus sempurna. Yang penting, kamu tidak berhenti berjalan.

Anak sedang belajar memahami dunia, dan ibu sedang belajar mengenali dirinya yang baru. Keduanya berjalan bersisian, saling membentuk, dan saling menguatkan.

Menjadi ibu bukan soal tahu segalanya sejak awal, tapi soal keberanian untuk terus belajar dan mencintai meski seringkali sambil menahan lelah dan air mata.

Jadi, Mama… kamu mungkin belum sempurna. Tapi kamu terus bertumbuh. Dan itu sudah luar biasa.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *