Pegiat Bantengan Kota Malang: Tradisi Bantengan Sarana Positif Cegah Kenalan Remaja

Pegiat Bantengan Kota Malang: Tradisi Bantengan Sarana Positif Cegah Kenalan Remaja
Jumadji, Ketua Bantengan Maeso Suro Jati (kiri) bersama Sekretaris Panitia HUT ke-79 RI warga RW 15 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Endang Sulistiyorini. Foto: Izzuddin

Malanginspirasi.com – Tren Bantengan atau yang akrab disebut Mberot beberapa tahun terakhir semakin menjamur di wilayah Malang Raya. Setiap perayaan hari besar atau kirab budaya, atraksi Bantengan selalu hadir dan berhasil menyedot perhatian warga.

Menanggapi budaya tersebut, Jumadji, Ketua Bantengan Maeso Suro Jati menilai tradisi Bantengan ini merupakan tradisi positif untuk para remaja dan anak muda.

“Kalau bagi pribadi saya sangat bagus karena untuk membina kebudayaan dan membina untuk istilahnya kemandirian anak itu bisa tercapai,” terang pria asli Malang tersebut pada Siarindo Media saat dijumpai pada agenda Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) HUT RI ke-79 Warga RW 15 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (4/8/2024).

Warga RW 15 Lowokwaru itu bahkan mengutarakan, Bantengan juga bisa menjadi media positif untuk mencegah kenakalan para remaja.

“Spirit kita yang penting kita terus optimis memajukan budaya dan memerangi narkoba salah satunya. Dan untuk muda-mudi biar tidak salah pergaulan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Jumadji mengungkapkan dirinya tidak lama terjun di dunia aksi topeng yang menggunakan kepala banteng ini. Namun, dirinya sudah sejak tahun 89 berkecimpung di dunia seni Kuda Lumping.

Anggota dari tim Bantengan miliknya rata-rata berusia 9 sampai 22 tahun. Meskipun ada juga beberapa anggota yang sudah berusia 40 tahun.

Di lain sisi, Jumadji mengurai, pihaknya tidak pernah mematok harga atau menawarkan diri jika hendak tampil di suatu tempat. Namun dirinya hanya berkenan jika ada relasi yang menginginkan tim Bantengannya tampil dan diundang.

Seperti yang ia jalani saat turut memeriahkan acara PHBN HUT RI ke-79 Warga RW 15 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (4/8/2024).

“Kalau kita sistemnya antar teman. Bukan nge-job. Tapi relasi saling membutuhkan. Gitu aja,” terang Jumadji.

“Kalau tarif sekitar lima ratus sampai satu juta maksimal 2 jam satu kelompok,” imbuhnya.

Suasana Bantengan atau biasa disebut Mberot di RW 15 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (4/8/2024). Foto: Izzuddin

Sementara itu, Endang Sulistiyorini, Sekretaris Panitia HUT ke-79 RI warga RW 15 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang menilai, giat rutin ini cukup meriah terlihat dari masyarakat yang memadati lokasi acara.

“Menurut saya sangat bagus dan kalau bisa tiap tahun kita mengadakan seperti ini,” pungkasnya.

Tinggalkan Komentar