Malanginspirasi.com — Memiliki usaha bukan berarti mencari keuntungan saja, tapi juga berkontribusi pada masyarakat. Layaknya mahasiswa UB bernama Indah Adhania Sriwandini dengan bisnis aksesoris ‘Punya Chingu’ yang mampu berdayakan IRT.
Berawal dari Gantungan Kunci KPOP
Punya Chingu awalnya hanya menyediakan gantungan kunci handmade dengan tema KPOP saja. Seperti yang dikatakan oleh perempuan yang kerap dipanggil Hani, “Punya Chingu awalnya itu usaha kakakku yang bikin ganci KPOP sejak 2014.”
Hani mulai bergabung secara resmi dengan Punya Chingu di 2020 dengan ide aksesoris manik-manik (beads). Ide meronce yang hadir sebagai solusi mengurangi konsumsi gadget saat pandemi ternyata membuka peluang bisnis bagi perempuan cantik ini. “Berawal dari ponakanku yang dibeliin set manik-manik sama mamanya biar ga main hp terus. Dari situ aku mulai ikutan bikin cincin dan gelang.” Jelasnya
Aksesoris Manik-Manik Jadi Produk Utama
Meskipun aksesoris manik-manik hanya ide tambahan dari Hani, tapi karya handmade perempuan berumur 21 tahun ini mampu menjadi produk utama di Punya Chingu. Pilihan aksesoris yang lengkap, seperti cincin, kalung, gelang, dan anting juga menambah variasi produk.
Bukan hanya variasi produk, promosi maksimal di sosial media TikTok dan Instagram juga menambah popularitas Punya Chingu. Selain itu. konsep desain yang mengikuti tren juga andil dalam melonjaknya penjualan hingga mencapai omzet 12 juta/bulan
Orisinalitas Punya Chingu ada pada setiap produk yang didesain sendiri oleh Hani sesuai dengan tren drakor, KPOP, anime, atau series yang sedang naik daun. Hal ini dilakukannya untuk menghindari plagiarisme dan menjaga konsistensi kualitas produk. “Aku desain sendiri dan ga nerima request desain biar ga plagiat hasil orang lain. Aku juga mau produkku murni hasil karyaku.” Tambahnya.

Berdayakan IRT di Tim Produksi
Konsep handmade juga menambah orisinalitas dari aksesoris Punya Chingu. Mengingat semua aksesoris harus dironce secara manual, Hani berdayakan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebagai tangan tambahan.
Saat ini sudah ada empat orang IRT yang menjadi tim produksi Punya Chingu. Fleksibilitas meronce yang bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja menjadi alasan utama mahasiswa Universitas Negeri Brawijaya ini melibatkan IRT dalam kegiatan produksi.
Untuk menjaga efektivitas produksi, Ia menyesuaikan tenaga yang digunakan dengan pesanan yang ada, “ga semua (tim produksi) bakal aktif terus karna sambil menyesuaikan banyaknya pesenan. Juga kerjaanya (meronce) itu fleksibel bisa dilakuin kapan aja dan dimana aja, mereka (IRT) kerjaanya dibawa pulang dan dikerjain di rumah masing-masing.”
Kuliah-Dagang ala Hani
Walaupun Punya Chingu telah memiliki tim produksi, Hani tetap ikut aktif meronce. Menyiasati hal tersebut, Mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis ini selalu memilih kelas siang saat KRS. “Aku selalu pilih kelas siang, biar paginya aku bisa nyelesain pesanan sebelum jam 12 siang.”
Komitmennya dalam menjaga kualitas dan performa usaha terlihat saat Ia melanjutkan aktivitas meronce di sela pergantian kelas. Curi-curi waktu yang dilakukan Hani tak lepas dari bentuk manajemen waktu antara kuliah dan usahanya.
Kesimpulan
Bisnis aksesoris beads handmade yang dimulai oleh mahasiswa UB menjadi contoh nyata kontribusi masyarakat melalui berdayakan IRT. Tak hanya ditemui di platform online seperti TikTok, Instagram, dan Shopee, aksesoris cantik ini dapat ditemukan di offline store yang berada di MCC Malang dan Berkilau Studio Jombang.
Hal ini sesuai dengan rencana ekspansi dan harapan Hani agar produknya dikenal banyak orang. “rencana kedepan itu ekspansi. Aku juga berharap (Punya Chingu) bisa dikenal setidaknya jatim dulu baru seluruh Indonesia.”