Malang Record Market 2025 Kembali Hadir, Suguhkan Pesta Rilisan Fisik hingga Program Musik Inklusif

Malanginspirasi.com – Setelah sukses menyelenggarakan Record Store Day 2024, Gravedead bersama Rekam Jaya kembali menggelar agenda musik bergengsi bertajuk Malang Record Market 2025, yang berlangsung selama tiga hari, 9–11 Mei 2025, di Indrokilo Art Space, Malang.

Ajang tahunan ini tidak hanya menghadirkan lapak-lapak rilisan fisik seperti CD, kaset pita, piringan hitam, hingga art print dan merchandise musik, tetapi juga menampilkan berbagai penampilan dari selektor dan musisi lokal.

Malang Record Market 2025 menjadi kelanjutan sekaligus perluasan dari semangat Record Store Day, dengan sentuhan program-program baru yang lebih interaktif.

Beberapa karya musik seperti merchandise, buku, stiker dan rilisan fisik yang dijual di Malang Record Market. (Agung)
Program Baru dan Akses Gratis Selama Dua Hari

Tahun ini, penyelenggara menambahkan sejumlah program inovatif seperti Self-Release Distribution, Maxi-Single Release, Talkshow Musik, dan Exhibition. Acara ini pun dirancang inklusif, dengan akses masuk gratis pada hari pertama dan kedua.

Namun, pada hari ketiga, pengunjung akan disuguhi penampilan spesial dari band yang tengah naik daun, Sukatani.

Oleh karena itu, pengunjung dikenai tiket masuk dengan harga presale Rp65.000–Rp75.000, serta Rp90.000 untuk pembelian langsung di lokasi, dengan jumlah terbatas.

“Dua hari pertama kita gratiskan agar semua bisa menikmati. Tapi hari ketiga ada penampilan Sukatani, jadi ada tiket masuknya,” jelas Adis, penanggung jawab acara.

Adis, penanggung jawab show pada gelaran Malang Record Market 2025. (Agung)
Kolaborasi Komunitas Musik Lintas Generasi

Malang Record Market 2025 turut melibatkan sejumlah komunitas kreatif dari berbagai generasi sebagai mitra kolaborasi. Di antaranya adalah Hamzine (Exhibition fanzine), Envision Music Store (lapak Jajanrock), Gaib Lab dan Longspace Project (duplikasi kaset/CD), serta Mada sebagai penanggung jawab visual acara.

Beberapa nama lain seperti Grave Dead, Oath Artifact, Interlude Records, dan Groath juga turut ambil bagian dalam pengelolaan gigs.

“Setiap hari selalu ada kejutan menarik yang kami siapkan,” tambah Adis.

Merayakan Musik dan Apresiasi Kolektif

Hilman, pemilik Rekam Jaya, menyampaikan bahwa acara ini bukan hanya perayaan rilisan fisik. Tetapi juga ruang konektivitas antara pegiat, pelaku, dan penikmat musik di Malang.

Ia menekankan bahwa ekosistem musik lokal memiliki gairah kuat dan terus tumbuh seiring waktu.

“Tujuan kami adalah mempertemukan semua elemen musik, dari pelaku, penggerak, hingga penikmat. Ini bentuk ruang apresiasi bersama,” ujarnya.

Selain rilisan klasik, pengunjung juga bisa menemukan rilisan terbaru dari musisi lokal, buku seperti Merah Hitam Terbakar karya Samak, hingga merchandise eksklusif.

“Kami juga bantu distribusi karya-karya baru seperti rilisan One Two Pieces, tidak hanya kaset jadul,” lanjut Hilman.

Hilman, pemilik Rekam Jaya sekaligus sebagai penanggung jawab record market. (Agung)

Ia pun berharap Malang Record Market terus bisa hadir setiap tahun dan menjadi perayaan tahunan musik di Kota Malang.

Rilisan Internasional hingga Koleksi Bertanda Tangan

Sementara itu, Riski, salah satu pemilik tenant dari Kaset Kayutangan, mengungkapkan bahwa ia membawa berbagai rilisan fisik dari musisi internasional, nasional, hingga lokal. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp25.000 hingga Rp350.000.

“Yang paling mahal karena ada tanda tangan asli dari musisinya,” tuturnya.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *