Gaya Parenting Mempengaruhi Anak, Mana yang Paling Tepat?
Malanginsipirasi.com — Setiap orang tua memiliki gaya tersendiri dalam mendidik anak. Gaya parenting ini tidak hanya mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak, tetapi juga membentuk karakter anak di masa depan, seperti kebahagiaan, kesuksesan, dan kesehatan mentalnya.
Meski tidak ada pendekatan yang benar-benar “sempurna,” para ahli psikologi mengidentifikasi empat gaya parenting utama: otoriter, otoritatif, permisif, dan pasif. Yuk, pahami lebih dalam masing-masing gaya parenting, dampaknya pada anak, dan parenting mana yang paling tepat untuk diterapkan.
Apa Itu Gaya Parenting?
Gaya parenting mengacu pada pola perilaku yang diterapkan orang tua dalam mendidik anak. Setiap gaya didasarkan pada dua aspek utama yang membedakan:
- Responsivitas: Seberapa baik orang tua merespons kebutuhan emosional dan fisik anak.
- Tuntutan: Seberapa besar ekspektasi dan aturan yang diberikan orang tua kepada anak.
Pola asuh yang sehat adalah pola yang mampu menyeimbangkan kedua dimensi ini, sehingga anak tumbuh dalam lingkungan yang mendukung.
1. Parenting Otoriter: Disiplin Ketat Tanpa Kompromi
Parenting otoriter dikenal dengan pendekatan yang sangat ketat dan penuh aturan. Gaya ini berfokus pada kepatuhan mutlak dari anak terhadap peraturan orang tua, sering tanpa ruang untuk diskusi.
Ciri-Ciri Parenting Otoriter
- Aturan tanpa penjelasan
Orang tua sering kali menggunakan alasan seperti “karena Ayah/Ibu bilang begitu” tanpa menjelaskan latar belakang aturan tersebut.
- Tuntutan tinggi, respons rendah
Orang tua otoriter cenderung menuntut perilaku sempurna tanpa memberikan bimbingan emosional atau dukungan kepada anak.
- Hukuman lebih sering daripada pengampunan
Setiap pelanggaran aturan biasanya berujung pada hukuman ketimbang pendekatan yang mendidik.
Dampak Parenting Otoriter pada Anak
- Kebahagiaan yang rendah: Anak-anak cenderung tidak bahagia karena merasa tidak dihargai.
- Masalah harga diri: Anak sering merasa tidak percaya diri karena pendapat mereka jarang dihargai.
- Kemampuan sosial yang lemah: Anak mungkin kesulitan menjalin hubungan karena pola pikir yang terlalu kaku.
BACA JUGA