Malanginspirasi.com – Membayangkan orang tua minta maaf ke anak masih terasa asing bagi sebagian orang. Banyak yang berpikir bahwa sebagai orang tua, wibawa harus tetap dijaga, dan meminta maaf bisa dianggap sebagai tanda kelemahan.
Padahal, meminta maaf bukan berarti kehilangan otoritas, tetapi menunjukkan bahwa orang tua juga manusia yang bisa salah.
Dalam budaya yang masih menjunjung tinggi hierarki keluarga, orang tua sering dianggap sebagai sosok yang selalu benar. Kalimat seperti “Orang tua nggak pernah salah” atau “Kamu harus patuh, titik!” masih sering terdengar.
Melansir Psychology Today, banyak orang tua kesulitan minta maaf ke anak karena mereka sendiri tumbuh dalam lingkungan di mana orang dewasa jarang mengakui kesalahan. Akibatnya, mereka merasa tidak terbiasa atau takut kehilangan otoritas jika mengakui kesalahan di depan anak.
Namun, justru dengan meminta maaf, orang tua bisa menunjukkan bahwa kesalahan adalah bagian dari kehidupan dan bisa diperbaiki.
Dampak Positif Jika Orang Tua Berani Meminta Maaf
1. Mengajarkan Anak Tentang Akuntabilitas
Anak belajar dengan meniru. Jika orang tua bisa meminta maaf ketika berbuat salah, anak akan memahami bahwa mengakui kesalahan bukan hal yang memalukan. Tetapi sesuatu yang perlu dilakukan.
2. Membangun Hubungan yang Lebih Dekat
Permintaan maaf yang tulus bisa memperbaiki hubungan dengan anak. Saat anak merasa dihargai, mereka akan lebih terbuka dan nyaman untuk berbagi perasaan dengan orang tua.
3. Mengurangi Luka Emosional pada Anak
Kadang, tanpa sadar orang tua mengatakan sesuatu yang menyakitkan atau bertindak terlalu keras. Jika tidak segera diperbaiki, luka emosional ini bisa terbawa hingga dewasa. Meminta maaf adalah langkah kecil yang bisa mencegah anak tumbuh dengan perasaan tidak dihargai.
4. Menunjukkan Bahwa Orang Dewasa Juga Bisa Salah
Anak-anak yang melihat orang tuanya bisa mengakui kesalahan akan lebih mudah menerima bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Ini bisa membangun pola pikir yang sehat dalam menghadapi kehidupan.
Bagaimana Cara Meminta Maaf ke Anak dengan Benar?
Hindari menggunakan kalimat bersyarat, seperti “Maaf ya, tapi kamu juga tadi nyebelin!” atau “Maaf kalau kamu merasa sakit hati, tapi Ibu dan Ayah nggak bermaksud begitu.” Ini hanya akan membuat anak merasa tidak didengarkan.
Akui kesalahan secara langsung, katakan dengan jelas, misalnya “Ibu tadi marah dan membentak kamu. Itu bukan cara yang baik, dan Ibu minta maaf.”
Setelah meminta maaf, beri tahu anak bagaimana cara memperbaikinya. Misalnya, “Lain kali, Ibu akan berusaha lebih tenang kalau sedang kesal.”
Hindari kalimat seperti “Maaf ya, kamu bikin Ibu jadi marah.” Ini justru akan membuat anak merasa bersalah atas perasaan orang tua. Jangan jadikan anak harus bertanggungjawab atas perasaan orangtua.
Meminta maaf kepada anak bukan berarti kehilangan wibawa, tetapi menunjukkan bahwa orang tua juga manusia yang bisa salah. Ini bukan hanya tentang etika, tetapi juga tentang membangun pola asuh yang lebih sehat dan penuh empati.
Anak yang tumbuh dengan melihat orang tuanya bisa mengakui kesalahan akan lebih mudah mengembangkan sikap tanggung jawab dan rasa hormat dalam hubungan mereka dengan orang lain.
Jadi, jika pernah berkata atau bertindak terlalu keras, tidak ada salahnya berhenti sejenak dan mengakui kesalahan. Sebuah permintaan maaf yang tulus bisa membuat hubungan dengan anak semakin kuat.