Curhat sama AI, Bisa. Tapi Apa Itu yang Psikismu Butuhkan?

Malanginspirasi.com – Curhat ke AI, bisa. Tapi apa itu yang psikismu butuhkan?

Saat sedang down, setiap orang tentu butuh curhat untuk meringankan beban perasaannya. Namun berbagai kekhawatiran seringkali muncul setiap hendak curhat. Mulai dari takut tidak didengar, dihakimi, dibandingkan, hingga bocornya kisahmu yang tidak ingin kamu sebarkan ke orang lain.

Di era serba canggih seperti sekarang, AI hadir menawarkan fitur serupa teman bagi manusia. Sehingga memungkinkan manusia bisa curhat apa pun sebebas-bebasnya pada AI tanpa takut rahasia dan aibnya terbongkar, tidak dihakimi, tidak dibandingkan, dan tidak perlu membuat keluarga khawatir.

Jadi kita tidak perlu terus-terusan diam saat merasa sesak.

Dengan kecanggihannya, AI bisa menjadi solusi karena bisa memberikan saran sederhana dan siap selalu ada kapan pun kamu butuhkan. Jadi kamu bisa merasa lebih ringan sejenak.

Namun apakah AI bisa menggantikan ketulusan manusia saat mendengar dan mendukungmu? Apakah teknologi ini benar-benar bisa mengobati hatimu yang rapuh?

Saat sedang sedih, tertekan, cemas, takut, dan khawatir, manusia cenderung terjebak dalam pikirannya sendiri. Sehingga mereka sering overthinking yang tak berkesudahan.

Akibatnya emosi negatifnya semakin menumpuk dan ia terus teringat dengan masa lalu yang buruk.

Jadi di sinilah peran manusia sebagai tempat curhat. Karena AI mungkin bisa mengerti kalimatmu tapi hanya manusia yang mengerti hatimu.

Karena bayangan dan trauma masa lalu terkadang lebih komplek dari yang terlihat. Sedangkan AI hanya bisa merespons kata-kata yang kamu ketik tapi mereka tanpa memiliki emosi di dalamnya.

Jadi mereka tidak bisa mengerti luka, kesedihan, trauma, dan ketakutan di balik ceritamu. Mereka juga tidak tahu seberapa keras kamu ingin maju tapi terjebak di masa lalu karena belum move on.

Dikutip melalui Instagram @apdcindonesia, sebagai makhluk sosial, manusia butuh manusia lainnya untuk memahami perasaannya. Dengan cara ini mereka bisa terbantu untuk sembuh.

Menerima masa lalu bukan berarti menghapus ingatan, tapi belajar berdamai dengannya. Jadi kamu bisa mulai menyusun masa depan yang lebih baik.

Sama seperti luka fisik yang perlu waktu untuk sembuh, luka batin juga butuh proses untuk sembuh. Bila semuanya tidak kunjung membaik, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan pada profesional agar kondisi mentalmu tidak bertambah buruk.

Jadikan masa lalu sebagai bagian dari hidupmu dan memberi pelajaran untuk menghadapi masa depan. Namun jangan biarkan masa lalu merusak kebahagiaan masa depanmu. Kamu layak untuk bahagia.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *