Malanginspirasi.com -Pernah nggak sih kamu heran mengapa makanan khas Eropa seperti mashed potato, roti, atau pasta sering dianggap hambar kalau dibandingkan dengan masakan Asia?
Ternyata, dibalik itu semua ada sejarah panjang terkait cita rasa sederhana kuliner Eropa, dan semuanya berawal dari rempah-rempah!
Sejarah Cita Rasa
Ratusan tahun lalu, rempah-rempah seperti lada, pala, dan cengkeh bukan hanya sekadar bumbu dapur biasa.
Nilainya begitu fantastis, sampai-sampai harganya bisa lebih mahal dari emas.
Faktanya, semua rempah itu datang dari Asia, termasuk dari kepulauan di Indonesia yang dulu dikenal sebagai “Spice Islands” atau Kepulauan Rempah.

Dikarenakan nilai rempah yang sangat tinggi, bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba menguasai jalur perdagangan rempah.
Nah salah satunya melalui berdirinya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang asal Belanda yang datang ke Nusantara pada tahun 1602 untuk merebut kendali perdagangan rempah.
Namun ironisnya, meskipun bangsa Eropa mati-matian menguasai rempah dari Timur, justru rakyat Eropa biasa tidak bisa menikmati hasilnya.
Rempah-rempah yang sangat mahal hanya bisa dibeli oleh para bangsawan atau kalangan elite kerajaan.
Baca Juga:
Menyingkap Fakta Sirdan: Bukan dari Torpedo, Melainkan Isi Perut Domba atau Kambing
Sementara itu, masyarakat kelas bawah hanya mampu mengonsumsi makanan sederhana seperti roti tawar, sup kentang, atau bubur gandum tanpa banyak bumbu.
Kebiasaan makan makanan sederhana itu akhirnya membentuk selera dan budaya kuliner orang Eropa.
Dari waktu ke waktu, rasa makanan yang “natural” alias tidak terlalu berbumbu dianggap sebagai ciri khas dari makanan mereka.
Mereka lebih menonjolkan rasa asli dari bahan makanan seperti daging, sayuran, atau keju, bukan dari campuran rempah yang kuat.

Sementara di Asia, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan, rempah-rempah sangat mudah didapat dan harganya jauh lebih terjangkau.
Itulah mengapa masakan Asia terkenal kaya rasa dan “nendang”
Jadi, kalau kamu merasa makanan Eropa terlalu hambar, bukan berarti mereka tidak bisa memasak dengan bumbu, tapi karena sejarah panjang yang membentuk tradisi kuliner mereka.
Rasa sederhana itu justru menjadi identitas khas Eropa, sedangkan rasa kuat dan pedas menjadi ciri khas Asia.
Sekarang kamu tahu kan, kenapa lidah orang Indonesia yang terbiasa dengan bumbu melimpah bakal langsung nyari sambel kalau makan makanan Eropa!








