Malanginspirasi.com – Sebuah video TikTok viral memperlihatkan seorang remaja perempuan yang menggunakan 14 produk perawatan wajah dengan total biaya USD 350 (Rp5,7 juta), memperlihatkan kulitnya yang tampak bersinar. Ironisnya, tak lama kemudian, wajahnya memerah dan meradang akibat reaksi alergi, membuatnya merintih kesakitan. Fenomena ini menjadi sorotan tajam dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics, pada awal pekan ini.
Studi tersebut menyoroti bahaya tersembunyi di balik tren video “Get Ready With Me” (GRWM) yang populer di TikTok. Para peneliti mendapati video-video ini sering kali menampilkan penggunaan produk perawatan kulit dengan bahan aktif yang berpotensi tinggi menyebabkan iritasi dan alergi.
Analisis terhadap 25 video terpopuler menunjukkan bahwa rata-rata video mengandung 11 bahan aktif yang berpotensi membuat iritasi kulit. Bahkan di beberapa video, mencapai 21 bahan aktif.
“Risiko iritasi muncul karena penggunaan banyak bahan aktif secara bersamaan, seperti asam hidroksi, atau penggunaan berulang dari bahan yang sama tanpa disadari karena terdapat di berbagai produk,” jelas Dr. Molly Hales, peneliti utama sekaligus rekan peneliti postdoktoral bidang dermatologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, Amerika Serikat.
Asam sitrat, sejenis alpha-hydroxy acid (AHA), ditemukan dalam 29% produk yang dianalisis. AHA memang bermanfaat untuk mengatasi jerawat. Namun penggunaannya pada kulit tanpa jerawat, apalagi jika dikombinasikan dengan produk lain, dapat menyebabkan iritasi dan meningkatkan sensitivitas terhadap sinar matahari.
@abc7newsbayarea Researchers are sounding the alarm about the skincare obsession among preteen girls on social media. New research finds girls as young as 7 are sharing their skincare routines online — sometimes using products some researchers say could harm rather than help their skin. #tween #trending #skincare #routines #research #beautyroutine #fyp #foryoupage #fypシ #abcnews #news ♬ original sound – ABC7 News
Wangi-Wangian Tambahan
Lebih dari separuh produk juga mengandung wewangian tambahan, yang dapat memicu reaksi alergi. Parahnya, hanya 26% rutinitas perawatan kulit yang ditampilkan menyertakan tabir surya. Padahal perlindungan terhadap sinar UV sangat krusial bagi kesehatan kulit.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat akun TikTok palsu berusia 13 tahun. Akun palsu tersebut mengikuti video perawatan kulit remaja yang muncul di tab “For You”.
Dari 100 video yang dikumpulkan, 31% menampilkan anak perempuan berusia 13 tahun ke bawah. Sementara sisanya berasal dari remaja usia 14-18 tahun.
Rata-rata, para remaja ini menggunakan enam produk dalam sekali rutinitas, dengan total harga sekitar 2,73 juta rupiah (USD 168). Beberapa video bahkan menampilkan produk senilai lebih dari Rp8 juta.
Para peneliti mengkritik video-video ini karena menggambarkan standar kecantikan yang tidak realistis dan menekan remaja perempuan untuk mengejar kesempurnaan fisik yang sulit dicapai, semua dibungkus dalam narasi “self-care”.
Beberapa video bahkan menampilkan remaja yang bangun pukul 04.30 pagi demi melakukan rutinitas makeup berlapis-lapis sebelum berangkat sekolah.
“Ini masalah serius ketika anak-anak perempuan menghabiskan begitu banyak waktu dan perhatian hanya untuk penampilan kulit mereka,” ujar Hales.
“Standar yang ditetapkan terlalu tinggi,” imbuhnya.

Penggunaan Istilah Menyesatkan
Selain itu, penelitian ini menyoroti narasi kecantikan tersembunyi yang sering kali mengagungkan kulit putih dengan istilah seperti “porcelain,” “glowy,” dan “glassy.”
“Kami melihat adanya penggunaan bahasa terselubung yang mengarah pada preferensi kulit lebih terang,” kata Dr. Tara Lagu, peneliti senior.
Hales menambahkan bahwa idealisasi “kesehatan” dalam masyarakat sering kali erat kaitannya dengan standar kecantikan, tubuh kurus, dan warna kulit yang cerah. Mmbuat “perawatan kulit” seolah-olah tentang kesehatan, padahal banyak juga yang tersembunyi di baliknya.
Penelitian ini menjadi peringatan penting tentang dampak negatif tren media sosial terhadap kesehatan mental dan fisik. Juga perlunya edukasi tentang risiko kesehatan yang dapat timbul dari penggunaan berlebihan produk perawatan kulit, terutama di kalangan remaja.