Haruskah Anak Dipaksa Berbagi? Begini Penjelasannya

Malanginspirasi.com – Berbagi adalah nilai penting yang ingin ditanamkan banyak orang tua pada anak-anak mereka. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah memaksa anak untuk berbagi merupakan pendekatan yang tepat?

Beberapa ahli berpendapat bahwa pemaksaan dalam berbagi dapat berdampak negatif pada perkembangan anak.

Pada usia dini, terutama balita, anak-anak belum sepenuhnya memahami konsep berbagi. Mereka cenderung egosentris dan melihat dunia dari perspektif mereka sendiri.

Melansir parents.com, balita belum mengerti apa arti berbagi dan belum siap secara emosional untuk melakukannya. Memaksa mereka untuk berbagi sebelum mereka siap dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi.

Memaksa anak untuk berbagi dapat menimbulkan beberapa konsekuensi negatif:

1. Rasa Tidak Aman Terhadap Kepemilikan

Anak mungkin merasa barang-barang mereka dapat diambil kapan saja, menyebabkan kecemasan dan sikap posesif.

2. Kurangnya Pemahaman Tentang Berbagi yang Tulus

Jika dipaksa, anak mungkin melihat berbagi sebagai kewajiban, bukan tindakan kebaikan yang dilakukan dengan sukarela.

3. Resistensi dan Perilaku Negatif

Pemaksaan dapat menyebabkan perlawanan dan perilaku negatif lainnya, karena anak merasa hak mereka tidak dihormati.

Dengan semakin bertambahnya usia, anak mulai dapat memahami konsep berbagi dengan orang lain. (Freepik)

Menurut Dr. Laura Markham, seorang psikolog klinis, memaksa anak untuk berbagi sebenarnya dapat menunda perkembangan keterampilan berbagi yang sejati. Anak-anak perlu merasa aman dalam kepemilikan mereka sebelum mereka dapat belajar untuk berbagi dengan tulus.

Daripada memaksa, orang tua dapat menggunakan strategi berikut untuk mengajarkan nilai berbagi:

1. Memberikan Contoh

Anak-anak belajar melalui observasi. Dengan melihat orang tua dan anggota keluarga lainnya berbagi, mereka akan memahami pentingnya tindakan tersebut.

2. Menggunakan Konsep Bergiliran

Alih-alih memaksa berbagi, ajarkan anak untuk bergiliran. Ini membantu mereka memahami bahwa mereka tidak kehilangan kepemilikan, tetapi memberikan kesempatan kepada orang lain.

3. Menghormati Kepemilikan Anak

Biarkan anak memutuskan kapan dan dengan siapa mereka ingin berbagi. Ini memberi mereka rasa kontrol dan mengajarkan tanggung jawab.

4. Mendorong Empati

Bantu anak memahami perasaan orang lain. Misalnya, jika teman mereka ingin bermain dengan mainan yang sama, diskusikan bagaimana perasaan teman tersebut dan bagaimana perasaan anak jika berada dalam situasi yang sama.

5. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Sediakan mainan atau barang yang dapat dimainkan bersama, sehingga anak-anak memiliki kesempatan alami untuk berbagi tanpa tekanan.

Pentingnya Kesabaran dalam Proses Belajar

Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa belajar berbagi adalah proses yang memerlukan waktu. Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda, dan memaksakan perilaku tertentu sebelum mereka siap dapat berdampak negatif.

Memaksa anak untuk berbagi bukanlah pendekatan yang efektif dan dapat menimbulkan dampak negatif pada perkembangan mereka.

Sebaliknya, dengan memberikan contoh, mengajarkan konsep bergiliran, menghormati kepemilikan, mendorong empati, dan menciptakan lingkungan yang mendukung, orang tua dapat membantu anak memahami dan menghargai nilai berbagi secara alami.

Kesabaran dan pemahaman adalah kunci dalam mengajarkan nilai-nilai positif kepada anak-anak.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *