Bisakah Mars Menjadi Bumi Kedua? Ini Penjelasan dari Profesor Teknik Antariksa
Malanginspirasi.com — Mengubah Mars menjadi Bumi kedua yang layak dihuni akan menjadi pencapaian liar selama peradaban manusia. Namun, seliar apa impian ini untuk direalisasikan? Mari kita eksplor tantangan dan potensi proyek ambisius ini berdasarkan analisis Sven Bilén, profesor Teknik Antariksa Universitas Negeri Pennsylvania dalam tulisannya pada The Conversation.
Tantangan Utama: Air, Makanan, Tempat Tinggal, dan Oksigen
Setelah Bulan, Mars menjadi opsi destinasi memungkinkan bagi manusia untuk hidup di luar Bumi. Namun, untuk bisa tinggal di Mars manusia membutuhkan air, makanan, tempat tinggal, dan atmosfer yang cukup tebal dengan oksigen juga mampu mempertahankan panas dan melindungi dari radiasi matahari.
Mars memiliki atmosfer yang hampir seluruhnya terdiri dari karbon dioksida dengan kadar oksigen sedikit. Keadaan atmosfer Mars juga sangat tipis, sekitar 1% dari kepadatan atmosfer Bumi. Alhasil, suhu di Mars bisa turun hingga -101℃ pada malam hari. Selain itu, air di sana masih dalam bentuk es.
Menciptakan Atmosfer di Mars
Ada beberapa ide untuk meningkatkan ketebalan atmosfer Mars. Salah satunya memicu letusan gunung berapi melalui ledakan nuklir yang akan melepaskan gas-gas dari bawah permukaan Mars ke atmosfer. Namun, metode ini memiliki risiko besar seperti penyebaran material radioaktif.
Alternatif lain, mengarahkan komet dan asteroid yang mengandung banyak air untuk menabrak Mars. Cara ini tidak hanya akan melepaskan gas dari bawah permukaan, tetapi juga menambah kandungan air di Mars. Namun, metode ini membutuhkan komet dan asteroid berukuran besar dalam jumlah banyak.
Menghangatkan Mars
Usulan populer dalam meningkatkan suhu di Mars ada dua. Pertama menggunakan cermin raksasa yang ditempatkan di orbit Mars untuk memantulkan sinar matahari ke permukaan. Kedua menggunakan aerogel, bahan padat yang sangat ringan untuk menutup permukaan Mars sehingga menjaga panas keluar.
Suhu hangat di Mars tidak akan cukup untuk bisa bercocok tanam. Mengingat permukaan Mars tertutup regolith, sebuah material seperti debu yang tidak kaya nutrisi dan mengandung bahan kimia berbahaya seperti perklorat. Untuk mengubah regolith menjadi tanah yang subur, mungkin diperlukan mikroba ekstremofil atau organisme hasil rekayasa genetika.