Kesulitan Mengambil Keputusan dan Perbedaan Pandangan dalam Keluarga, Bagaimana Cara Menyikapinya?
Malanginspirasi.com – Perbedaan pandangan terkadang terjadi dalam sebuah keluarga. Bisa karena pemilu seperti yang baru saja usai, hingga perbedaan pendapat tentang pendidikan dan karir.
Tak jarang, obrolan tentang topik ini tak lagi menjadi diskusi hangat di tengah meja makan. Namun bisa menjadi perdebatan sengit yang menciptakan ketegangan dan emosi yang meledak-ledak dalam mempertahankan argumen masing-masing.
Lalu, bagaimana cara memantapkan hati agar tidak goyah dengan pilihan sendiri?
Melansir Instagram @apdcindonesia, untuk menyikapi masalah ini dalam keluarga, kita perlu mengakui emosi ini, berbagi, dan bergerak mencari solusi. Perbedaan pilihan dan pandangan dalam hal apa pun adalah hal yang wajar terjadi dan kerap menimbulkan gesekan. Terutama bila dalam lingkup kecil seperti keluarga.
Sehingga perasaan tidak nyamanmu ini adalah valid dan wajar terjadi. Pilihan masa depan, terkait pendidikan, karir, pasangan hidup, bahkan memilih pemimpin saat pemilu memang melibatkan proses mental yang kompleks karena melibatkan pengambilan keputusan.
Kulachai dan beberapa peneliti lainnya pernah mengungkapkan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Di antaranya: individual (identitas gender, usia, sifat, ideologi, dan lain sebagainya) dan sosio kultural (identitas sosial, etnik agama, dan lainnya).
Namun penelitian lain menyebutkan bahwa sosio emosional (seperti keluarga) juga bisa mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Sementara faktor individual bisa membuat proses informasi yang diterima menjadi berbeda dalam setiap individu. Sehingga tiap proses yang melibatkan persepsi ini juga bisa mengalami bias.
Apalagi di zaman sekarang, pengaruh media sosial juga bisa mempengaruhi pandangan seseorang karena paparan informasi sejenis dan sesuai dengan preferensi kita. Sehingga wajar bila seseorang mengalami dilema dalam mengambil keputusan.
Terlebih bila perbedaan pandangan ini hadir dalam keluarga. Ekspektasi dan berharap validasi kerap hadir di benak.
Agar tidak larut dalam ketidaknyamanan, coba terapkan 2 hal ini agar rasa aman, dukungan, dan validasi tersebut bisa kembali dirasakan.
Pertama, sampaikan rasa tidak nyamanmu pada anggota keluarga. Fokuslah pada perasaanmu akan ketidaknyamanan dalam perbedaan pandangan yang selama ini dirasakan.