5 Cara Terbaik Untuk Mendukung Kesehatan Mental Anak
Malanginspirasi.com – Banyak orangtua lebih mementingkan kesehatan fisik anak-anak mereka. Orangtua bekerja keras agar anak-anaknya makan dengan kandungan gizi yang baik, mendapatkan berbagai macam suplemen kesehatan, imunisasi dan aktif secara fisik. Namun kesehatan mental dan emosional anak yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik sering terabaikan.
Mendukung kesehatan mental anak sama dengan Anda mendukung kesehatan fisiknya, yaitu membantu anak mengembangkan ketahanan dalam menghadapi ‘rintangan’ pada setiap proses kehidupan menjadi manusia dewasa yang utuh.
Menjaga kesehatan mental seorang anak tidak bisa terjadi begitu saja, perlu peran penting orangtua dan pengasuh untuk membimbing setiap langkah anak agar mereka mampu menjalani kehidupan yang baik.
Berikut beberapa cara untuk mendukung kesehatan mental anak, dilansir dari Very Well Family.
1. Tunjukkan Cinta Tanpa Syarat
Menurut Jenni Torres, MEd, mantan guru dan wakil presiden senior kurikulum dan pengajaran untuk organisasi nirlaba Waterford.org., salah satu cara terpenting untuk mendukung kesehatan mental anak adalah dengan menunjukkan cinta tanpa syarat.
Beritahu secara rutin anak-anak anda bahwa apapun yang terjadi apapun yang mereka hadapi, Anda mencintai mereka tanpa syarat, dan Anda selalu ada untuk mereka.
Anak- anak perlu memahami bahwa kita semua dapat melakukan kesalahan tetapi kita juga bisa belajar dari kesalahan tersebut.
Pastikan saat anak membuat kesalahan Anda mengelolanya sebagai cara belajar, bukan mengkomunikasikan kegagalan. Walaupun jika Anda kecewa dengan sikap yang diambil anak-anak Anda, tetap pastikan Anda memberitahu bahwa rasa kecewa Anda tidak mengurangi cinta dan kasih sayang orangtua terhadap anaknya.
2. Puji Karakter Mereka
Dorongan, pujian, dan afirmasi adalah cara-cara yang dilakukan orang tua tidak hanya untuk membangun kepercayaan diri dan harga diri anak mereka, tetapi yang lebih penting, mendukung kesehatan mental mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa harga diri rendah dikaitkan dengan kecemasan, depresi, dan stres akademik, yang semuanya berdampak signifikan terhadap kualitas hidup anak. Harga diri yang rendah bahkan bisa memicu keinginan untuk bunuh diri.
Kerry Heath, LPC-S, NCC, CEDS-S menuturkan “Pujilah anak-anak atas ciri-ciri karakternya lebih sering daripada ciri-ciri fisik atau hal-hal yang berorientasi pada prestasi.”
“Anak-anak merespon dengan baik terhadap penguatan positif, dan kami ingin memperkuat hal-hal yang ingin kami ulangi, seperti bersikap baik, menunjukkan empati, dan membantu orang lain,” ujarnya.