Artcofest’25 UB Gelar Workshop Petani Kopi: Kulit Disangrai, Limbah Jadi Pupuk

Malanginspirasi.com – Artcofest’25 Universitas Brawijaya (UB) tidak hanya menjadi ajang pameran seni dan kopi, tetapi juga menghadirkan kegiatan Workshop Petani Kopi: Business Matching Petani Kopi dan Buyer, yang digelar di Gedung Auditorium UB pada Senin (3/11/2025).

Salah satu pembicara dalam kegiatan ini adalah Andik Irawan, Ph.D., Founder Eiko Cobuuffee Roaster, yang membagikan pengalaman risetnya dalam mengolah limbah kopi menjadi produk bernilai tinggi.

Andik menyoroti bahwa Indonesia masih tertinggal dalam mengelola limbah kopi dibandingkan dengan negara lain seperti India dan Jepang.

Limbah Kopi Punya Potensi Ekonomi Besar

Ia menjelaskan bahwa banyak petani di Indonesia masih membuang limbah kopi langsung ke kebun tanpa pengolahan lebih lanjut. Kebiasaan ini berisiko menurunkan unsur hara tanah jika terus dilakukan.

“Sebenarnya kalau kita lihat limbah kopi itu di India, bahkan di Jepang, itu sudah konsen terhadap no limbah. Di Indonesia, karena kita luas lahannya, merasa nyaman untuk dibuang di kebun saja. Apabila dilakukan terus-menerus, ke depannya kita nggak tahu apakah nanti akan berisiko terhadap unsur hara, nutrisi, dan seterusnya,” ujarnya.

Artcofest’25 UB Gelar Workshop Petani Kopi: Kulit Disangrai, Limbah Jadi Pupuk
Para pembicara dalam Workshop Petani Kopi: Business Matching Petani Kopi dan Buyer. (Riznima Azizah Noer)

Ia menegaskan bahwa pengolahan limbah kopi dengan cara yang tepat dapat menghasilkan potensi besar.

“Sebenarnya limbah kopi punya potensi besar kalau diolah dengan benar. Saya memanfaatkan bunga kopi yang tidak menghasilkan buah dan kulit kopi hasil pulwos untuk dijadikan produk baru,” ujar Andik.

Ia menjelaskan bahwa tiap jenis limbah kopi, seperti cherry skin dan parchment, memiliki ciri khas tersendiri yang bisa dimanfaatkan berdasarkan karakter alaminya.

“Jadi saya harus bedakan mana cherry skin, mana kopi khas, dan mana parchment. Karena setiap material limbah itu punya karakteristik atau properties yang berbeda,” jelasnya.

Eksperimen dan Inovasi Ramah Lingkungan

Lebih lanjut, ia membagikan pengalamannya dalam bereksperimen menambahkan cita rasa dan aroma kopi. Andik Irawan mencoba teknik dengan cara menyangrai kulit kopi menggunakan suhu tertentu yang terinspirasi dari teknik pengolahan teh Cina.

“Kulit ceri tadi saya sangrai dengan suhu tertentu. Saya baca literatur dari pengolahan teh Cina, karena teh Cina itu disangrai, maka saya coba terapkan di kulit kopi, barangkali itu berhasil. Setelah saya uji laboratorium, ternyata dengan cara di-roasting itu meningkatkan cita rasa,” ungkap Andik.

Tidak berhenti di sana, Andik juga menjelaskan upayanya dalam mengembangkan limbah kopi menjadi bahan ramah lingkungan.

Artcofest’25 UB Gelar Workshop Petani Kopi: Kulit Disangrai, Limbah Jadi Pupuk
Para peserta yang menghadiri Workshop Petani Kopi: Business Matching Petani Kopi dan Buyer. (Riznima Azizah Noer)

Bersama National Institute of Material Science (NIMS) di Tsukuba, Jepang, ia tengah meneliti bagaimana cara mengubah limbah kopi menjadi bioplastik serta pupuk.

“Saya bekerja sama dengan National Institute of Material Science (NIMS) di Tsukuba, Jepang. Kami sedang konsen riset. Limbah yang tidak bisa terpakai itu sedang saya buat bioplastik, sedangkan untuk limbah yang bisa terpakai akan menjadi pupuk,” pungkasnya.

Workshop ini mendorong terciptanya ekosistem kopi berkelanjutan di Indonesia melalui berbagai inovasi.

Dengan pengolahan yang tepat, para petani kini dapat mengubah limbah kopi menjadi sumber nilai ekonomi sekaligus solusi ramah lingkungan.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *