Malanginspirasi.com – Program Asistensi Mengajar (AM) yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan memberikan kesan kontradiktif bagi mahasiswa UM yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Pengalaman nyata mengajar murid-murid dalam ruang kelas, ternyata memberi kesan menyenangkan. Meski menikmati Kegiatan Belajar Mengajar, mahasiswa AM UM tetap menjadikan guru sebagai pilihan karir kedua.
Bimbingan dari Dosen Pembimbing dan Guru Pamong selama menjalankan program AM, dari menyiapkan perangkat ajar hingga saran metode pengajaran sangat meringankan mahasiswa. Bantuan dalam bentuk bimbingan ini menjadi salah satu faktor AM berjalan menyenangkan.
Tamara (21), salah satu mahasiswa AM UM di SMK Terpadu Al-Ishlahiyah Singosari membenarkan hal tersebut.
“Karena AM masih dibantu dan dibimbing oleh Guru Pamong dan Dosen Pembimbing jadi bebannya lebih ringan. Tapi beda lagi kalau nanti kita jadi guru, beban kerja ditanggung sendiri sepenuhnya,” ungkapnya.
Beban kerja guru yang mencakup administratif menjadi bahan pertimbangan mahasiswa AM dalam menjadikan guru sebagai profesi utama setelah lulus.
Selain itu, kesukaran dalam perkembangan karir dan kenaikan jabatan dalam dunia pendidikan menjadi faktor yang menurunkan minat mahasiswa.
Imel (20), rekan mahasiswa AM UM membagikan alasannya enggan menjadi guru.
“Alur menjadi guru itu lama, dari PPPK ke ASN. Terus kenaikan pangkat dan golongan juga butuh waktu lama,” ujarnya.
Kendati ada iming-iming kenaikan gaji guru dan kesejahteraan masa tua, mahasiswa AM UM tetap tak tergoda dengan tawaran tersebut.
Imel yang juga bekerja paruh waktu sebagai tutor les menjelaskan alasannya.
“Meskipun gaji naik ataupun jadi ASN tetap guru jadi pilihan kedua. Aku mending melanjutkan jadi tutor di suatu akademi daripada menjadi guru di suatu sekolah dengan segala beban kerja yang ada,” lanjutnya.
Keengganan ini memiliki alasan, latar belakang ilmu pendidikan yang dimiliki mahasiswa merupakan pelengkap dari ilmu praktek yang diambil sesuai dengan studi mereka. Memberikan peluang bagi mahasiswa jurusan pendidikan untuk memanfaatkan ilmu praktek yang didapat ke dunia profesional atau bahkan membuka usaha sendiri.
Salwa (20) mahasiswa Pendidikan Tata Busana lebih memilih untuk mengimplementasikan ilmunya dengan membuka usaha sendiri.
“Aku lebih milih buat bikin usaha sendiri, daripada jadi guru apalagi kerja sama orang,” tegasnya.
Variasi profesi bagi mahasiswa jurusan pendidikan membuka cakrawala keputusan karir mereka diluar opsi menjadi guru.
Selain itu, beban tugas guru yang dirasakan selama melakukan AM hanya memberikan kesan menyenangkan. Tetapi tak mampu memikat untuk melanjutkan ke jenjang karir yang serius.