Mahasiswa dan Cafe, WiFi Gratis Dibalik Gaya Hidup Estetik
Malanginspirasi.com – Kehadiran cafe baru yang tak ada habisnya di Malang, bukan tanpa sebab. Pergantian fungsi cafe sebagai ruang ekspresi mahasiswa mendorong hal tersebut. Bahkan, pergantian label ‘Cafe Viral’ setiap minggu menekankan bahwa cafe sudah menjadi kebutuhan untuk mahasiswa. Entah kebutuhan akan berbincang, mengerjakan tugas, atau sekedar mencuci mata. Hal ini menunjukkan peran cafe dalam gaya hidup mahasiswa.
Estetika itu Penting
Sudah menjadi rahasia umum, estetika suatu cafe menjadi daya tarik utama bagi mahasiswa. Entah karena desain interior cafe yang minimalis dan segar di mata, atau mungkin desain bohemian yang bikin lupa kalau lagi Malang, semua bisa menjadi bahan postingan media sosial.
Apalagi dengan pencahayaan yang baik dan dekorasi yang unik, cafe-cafe ini seketika akan menjadi “studio” dadakan untuk memuaskan kebutuhan konten estetik mahasiswa.
Bagi mahasiswa mengunggah konten estetik di media sosial bukan hiburan semata. Namun, cara membangun branding diri di dunia maya. Oleh karena itu, estetika cafe menjadi elemen penting yang sering kali menjadi pertimbangan dalam memilih tempat untuk berkumpul atau belajar.
Zona Produktif Non-konvensional
Dibalik unsur estetika, mahasiswa juga menjadikan cafe sebagai ruang produktivitas.
Dengan fasilitas WiFi gratis, colokan listrik yang mudah diakses, dan suasana yang nyaman, cafe menjadi tempat ideal untuk mengerjakan tugas, mencari inspirasi, atau sekadar brainstorming bersama teman.
Tak dapat dipungkiri WiFi gratis adalah salah satu daya tarik terbesar. Bagi mahasiswa, cafe menawarkan solusi praktis dengan akses internet dan ruang belajar yang jauh dari atmosfer kaku dan konvensional. Tak heran jika banyak mahasiswa yang menjadikan cafe sebagai “kantor kedua” mereka.
Rangga, salah satu mahasiswa yang sering menghabiskan waktunya di cafe mengatakan, “Aku ke cafe buat nugas sama WFC sih. Soalnya enak, WiFi lancar, suasana rame, ga kayak di rumah.”
Budaya Akademik Baru
Fenomena antara cafe dengan mahasiswa ini, menunjukkan adanya perubahan budaya akademik. Mahasiswa pada generasi saat ini cenderung lebih fleksibel dan adaptif dalam memilih ruang belajar. Mereka mampu menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan lebih personal.
Namun, gaya hidup ini juga menimbulkan problematika baru. Dimana mahasiswa akan cenderung tidak dapat melihat batasan ruang belajar dan ruang ekspresi. Selain itu, tuntutan untuk membeli minuman dan makanan saat di cafe akan menyebabkan sifat konsumtif.
Kesimpulan
Cafe kini bukan sekadar tempat nongkrong saja, melainkan simbol gaya hidup dan ruang multifungsi bagi mahasiswa. Melalui estetika, kenyamanan, dan fasilitas yang ditawarkan, cafe telah menjadi bagian penting dari kehidupan akademik dan maya mahasiswa.