Malanginspirasi.com – Gwansik adalah tokoh viral dari drama Korea ‘When Life Gives You Tangerines’. Kemunculan Gwansik dinilai sebagai sosok ideal untuk dijadikan pasangan.
Terlebih di tengah banyaknya kasus perselingkuhan dan kekerasan pada perempuan yang semakin sering terdengar. Sosok Gwansik dari ‘When Life Gives You Tangerines’ seperti angin segar yang memanjakan angan-angan banyak wanita.
Sehingga banyak yang ingin pria seperti itu dalam kehidupan nyata. Namun, bolehkah ingin punya jodoh seperti Gwansik versi alim?
Dilansir melalui Instagram @mubadalah.id, Islam telah mengatur kriteria jodoh yang tepat bagi laki-laki maupun wanita. Melalui hadist yang berasal dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda:
“Wanita dinikahi karena 4 perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari).
Jadi ingin punya calon suami yang baik seperti Gwansik itu boleh banget. Namun dalam cerita tersebut dikisahkan tokoh tersebut tidak kaya. Sementara kita boleh memilih pasangan karena hartanya, seperti bunyi hadist Rasulullah di atas.

Namun yang harus diperhatikan adalah ia juga harus beragama. Karena orang kaya yang tidak beragama memiliki modal ekonomi untuk menyakitimu.
Hadist di atas juga memperbolehkan memilih jodoh karena kecantikannya atau karena parasnya. Yang mana dalam kasus ini Gwansik juga digambarkan sebagai sosok yang rupawan.
Namun perlu diingat bahwa memilih calon jodoh yang cantik atau ganteng itu juga boleh. Namun ingat, calon pasangan yang cantik atau ganteng punya potensi untuk tebar pesona dan bisa menyakitimu. Sehingga jangan lupa pastikan kalau ia tidak hanya rupawan tapu juga beragama.
Selanjutnya, kita juga boleh memilih jodoh karena keturunannya atau berasal dari keluarga terpandang seperti Gwansik. Namun lagi-lagi tafsir hadist di atas juga menyebut, pastikan ia juga beragama. Karena orang dari keluarga terpandang memiliki potensi untuk merendahkanmu.
Harus “Baik”
Terakhir, memilih calon pasangan karena alasan ilmu agamanya bagus juga boleh. Namun dipastikan ia baik dan tidak belajar agama setengah-setengah. Karena ada banyak kasus orang yang ilmu agamanya tinggi atau belajar setengah-setengah yang menyakiti pasangannya dengan berlindung di bawah payung agama.
Lantas kita sebagai muslim yang hendak memilih jodoh harus bagaimana?
Untuk menyikapi hal ini, pastikan kita dan pasangan adalah orang “baik”. Karena “baik” ini adalah proses perjalanan.
Jadi hanya mencari yang “baik” saja bisa menghambat seseorang untuk menikah karena punya nilai subjektifitas yang tinggi saat memilih pasangan.
Sehingga idealnya adalah masing-masing punya komitmen untuk berjalan bersama menjadi orang “baik”. Karena semua ini adalah proses. Bila kedua belah pihak sudah memiliki komitmen, maka perjalanan rumah tangga akan berjalan seimbang.
Jadi suami dan istri bisa berjalan beriringan membentuk rumah tangga yang terus berproses menuju “baik” dengan Allah, dan dengan manusia lainnya.







