Malanginspirasi.com – Di bulan Ramadan ini, banyak pengusaha kecil menengah di Kemantren, Jabung, Kabupaten Malang, meramaikan bazar dengan jajanan tradisional. Salah satunya adalah penjual gorengan yang telah eksis lebih dari dua dekade namun tetap diminati karena cita rasanya yang khas dan menjadi bagian dari sejarah kuliner daerah tersebut.
Pasangan suami istri, Satamun dan Jumaiyah, yang mengelola usaha ini sejak awal, setiap sore mulai berjualan di bazar Ramadhan sejak pukul 16.00 WIB.
Awalnya mereka hanya berjualan di bedak sederhana di Pasar Kemantren. Tetapi kini telah berkembang dengan gerobak yang memungkinkan mereka berkeliling kampung.
“Biasanya, selain di Bulan Ramadhan saya berjualan di Pasar Kemantren. Namun kalau sudah memasuki bulan puasa saya berjualan di Bazar Gandon Sukolilo,” ujar pria berusia 53 tahun itu.
Menurut Satamun, rahasia kelezatan gorengan mereka terletak pada penggunaan bahan berkualitas dan proses pengolahan yang tetap terjaga.

Jajanan tradisional andalan mereka, seperti onde-onde, getas, tempe mendoan, bakwan, dan tahu isi, selalu menjadi buruan pelanggan saat menjelang waktu berbuka puasa. Tak ketinggalan, sambal petis khas buatan Jumaiyah semakin melengkapi cita rasa gorengan mereka.
“Kalau hari-hari biasa selain bulan Ramadan saya menyiapkan gorengan dengan banyak. Tapi ketika bulan puasa saya tidak begitu membuat banyak. Karena waktunya yang sedikit. Selain itu ketika hari biasa saya menjualnya langsung kepada anak anak sekolah setelah dirasa cukup berjualan di pasar,” ujar pria yang memiliki ciri khas berkopiah hitam bulat itu.
Cita Rasa dan Nuansa Nostalgia
Meski persaingan semakin ketat dengan banyaknya makanan modern yang hadir di Bazar Ramadan, gorengan mereka tetap digemari karena menawarkan keaslian rasa dan nuansa nostalgia.
Salah satu pelanggan setia, Evan, mengaku selalu mencari gorengan ini saat bulan puasa karena rasanya khas desa yang sulit dilupakan.
“Saya sangat bersyukur bisa menikmati makanan tradisional ini di Bulan Ramadan. Di tengah bazar yang menyajikan makanan yang bermacam-macam, getas dan onde-onde yang saya cari,” ujarnya dengan wajah sumringah.

Keberadaan UMKM seperti milik Satamun dan Jumaiyah ini menjadi bukti menjaga kualitas produk, meski itu hanya jajanan tradisional, adalah kunci utama bertahan di tengah perkembangan zaman.
Di Bulan Ramadan ini, gorengan legendaris mereka tidak hanya menjadi sumber penghidupan. Tetapi juga bagian dari tradisi berbuka puasa yang patut dilestarikan.